Hakekat Hidup

Banyak yang menyangka bahwa yang disebut hidup itu adalah   bernapas, keluar masuknya oksigen, terpeliharanya nyawa. Padahal itu bukan hakekat hidup manusia.

Apa hakekat hidup itu? hakekat hidup yang sebenarnya adalah perjuangan survival ).images

Perjuangan bagi manusia dan mahluk Allah lainnya,   nyata sekali dibutuhkan. Bahkan binatang sekalipun memerlukan perjuangan untuk mempertahankan hidupnya, yang disebut dalam bahasa Arab ‘tanazu’ul baqa’.  Strijd om het bestaan bahasa Belandanya atau perjuangan hidup.

Manusia dalam level apapun bermodalkan perjuangan untuk menjaga hidup dan kehidupannya. Petani jika tidak mau berjuang melawan hawa terik dan kedinginan, kotor dan lumpur, serta memiliki energi yang besar jangan harap memperoleh hasil dari usahanya untuk hidup. Juga kaum  pedagang, karyawan, bos pabrik. Juga pelajar, mahasiswa, guru, dosen, pejabat bahkan presiden.  Begitu pula hidup umat Islam untuk menegakkan agama Allah, untuk ”amar ma’ruf nahi mungkar membutuhkan perjuangan. Perhatikan firman Allah SWT :

Hai orang-orang yang beriman. Apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu ” berangkatlah (untuk berperang) di jalan Allah ” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan didunia sebagai ganti kehidupan di akhirat ? padahal kenikmatan hidup di dunia ini dibandingkan dengan kehidupan di akhirat hanyalah sedikit. (QS. At-Taubah :38).

Berjuang artinya ihtiar dan usaha banting tulang untuk menggapai hidup, kehidupan dan cita-citanya. Seperti nasi yang ada diatas piring tidak akan masuk kemulut dengan sendirinya. Itulah perjuangan , itulah hakekat hidup.

Tujuan hidup manusia sebagai hamba Allah semata-mata hanya mencari keridhoan Allah SWT. Dan ridho-Nya hanya akan diperoleh jika hidup kita hanya untuk beribadah kepada yang Maha Hidup.  Seperti firman Allah :

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahku (beribadah)  (QS. Adz-Dzaariat : 56).

Tujuan yang pasti hanyalah ibadah, berserah diri kepada Allah, menghambakan diri, serta tunduk hanya semata-mata kepada Allah, Tuhan yang menciptakan alam semesta beserta isinya. Seperti yang diterangkan di dalam firmanNya :

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan lurus. Dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (QS. Al-Bayyinah:5).

Kesenangan yang sebenar-benarnya bagi manusia adalah kesenangan batin, ketentraman jiwa. Tetapi banyak yang tertipu, seakan-akan harta dan dunia-lah  ukuran kesenangan itu. Padahal tidak sedikit mereka yang dikelilingi harta kekayaan melimpah, tetapi hidupnya menderita. Badannya sengsara karena dipenuhi penyakit “kelas atas”, kanker dan tumor ganas, jantung, hipertensi akibat kolesterol tinggi, diabetes, gagal ginjal, dan sejenisnya. Jiwanyapun tidak tenang, gundah gulana. Ngeri hartanya diambil perampok. Atau gentar dengan polisi, jaksa, dan hakim, sebab hartanya hasil rampokan atau korupsi. Dan takut sewaktu-waktu ia bisa jatuh miskin. Dan baginya kesenangan itu musnah.

Dari mana ketenangan dan ketenteraman itu muncul ? Agar bisa hidup tenteram, manusia perlu memiliki teman hidup yang seia-sekata, bersama dikala senang dan susah. Kalau ada kesusahan ditanggung bersama, dan jika kenikmatan dirasakan sebagai kebahagiaan bersama.

Oleh karena itu Allah SWT menjadikan manusia berkeluarga. Memiliki istri atau suami yang nantinya mengembangkan anak keturunan. Rumah tangga atau keluarga itu menenteramkan jiwa ( Litaskunu ilaiha). Jika didalamnya terpelihara mawadatan warrohmah, kasih sayang dan cinta kasih yang sewajarnya.

Jadi  hakekat keluarga itu adalah bertujuan untuk mencari ketenangan , ketenteraman dan keteraturan hidup seorang manusia. Didalam keluarga, masing-masing mempunyai hak dan   tanggung jawab. Dengan silsilah ibu, bapak, suami, istri, anak, saudara dan seterusnya, yang disebut keluarga dekat. Meskipun terpisah badan, terpisah nyawa, tetapi ada dalam satu ikatan yang kuat. Oleh sebab itu wajib dijaga hubungan kekeluargaan yang harmonis, agar selalu jauh dari permusuhan dan kerenggangan.

Ibu dan bapak, memang manusia biasa, tetapi harkat dan derajatnya harus terjaga. Mereka harus dimulyakan oleh anak keturunanannya. Segala perkataanya harus diikuti, perintahnya diturut, larangannya mesti dijauhi. Selama tidak melanggar ajaran agama, yang tidak bertentangan dengan hukum Allah dan rosulnya. Wajib hukumnnya patuh dan taat kepada orangtua.

” Keridhoan Allah ada pada keridhoan ibu-bapak, dan kemurkaan Allah ada pada kemurkaan ibu-bapak ( HR. At-Tirmidzi)

Dua (dosa) yang bakal dibalas Allah sejak masih di dunia, yaitu zinah dan kepada ibu-bapak “ ( HR. At-Thabarani).